Senin, 20 April 2009

Cita-cita istriku, cita-citaku juga


Suatu pagi anak-anakku terbangun, mulai dari yang besar haura dan yang terkecil ijlal di tempat tidurnya diatas. Kebetulan tempat tidur kami ada dibawah kedua anakku, mereka berdua satu kamar dengan kami yang tinggal dirumah sederhana dengan dua kamar. Satu kamar lainnya untuk mba ani yang membantu beberapa pekerjaan di rumah. Spontan anakku ijlal terbangun nangis disusul dengan kakaknya yang minta susu. umiiiii is is, lalu aku terbangun dan bilang kaka abi bikinin susu ya, kemudian dengan sigap anakku jawab tidak mau sama abi, umi untuk kesekian kalinya. Wah .... gawat, lagi-lagi aku ditolak sama anakku..... apa yang salah ya, apa yang membuat anakku tidak mau ya sama abinya. akhirnya aku segera deh mengambil sekecil untuk digendong-gendong keliling ruang tamu biar dia tidur kembali. Akhirnya istriku buat susu untuk si kaka, aku gendong si kecil, kemudian keduanya tidur. Umipun bicara, tuh kan abi berarti selama ini kurang berdoa bagi anak-anak, kurang lama ajak anak-anak bermain, kurang waktu untuk ngajarin anak-anak, padahal cita-cita umi ingin anak-anak jadi anak yang sholeh sholehah, kasih sayang sama ayah ibunya, penurut, dan cerdas. ah umi, abi berdo'a koq untuk mereka, abi ajak mereka bermain, abi ajak mereka belajar juga. tapi apa yang salah ya......

Seiring waktu berjalan aku termenung di keheningan malam pukul 02.00, dan aku teringat mungkin selama ini aku kurang ikhlas, kurang sabar mendidik anak-anak, kurang banyak memberikan pengajaran, pelatihan, bermain bagi mereka. Duh mumpung anak-anakku masih pada kecil, aku harus segera deh merubah tindakanku selama ini bagi mereka. Terima Kasih Ya Allah, hamba hari ini tersadarkan oleh tangis mereka. Cita-cita istriku adalah cita-citaku juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar